PROGRAM STUDY OF INTERNAL MEDICINE

Udayana University School of Medicine / Sanglah General Hospital

Loading
  • Kunjungan ke Panti Asuhan

  • Pelantikan Sp.P.D.

  • Mini Simpo

  • BAGUS 2018

  • Pemilihan Wakil Lurah

  • PKB XXX 2022

  • Current
  • Kunjungan ke Panti Asuhan
  • Pelantikan Sp.P.D.
  • Mini Simpo
  • BAGUS 2018
  • Pemilihan Wakil Lurah
  • PKB XXX 2022

KULIAH KHUSUS Oleh dr. Ni Ketut Rai Purnami Sp,PD, KGer

05 January 2022, by giri pw
KULIAH KHUSUS Oleh dr. Ni Ketut Rai Purnami Sp,PD, KGer

Pada hari Rabu, 29 September 2021 pukul 11.00 wita telah berlangsung kuliah khusus di Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kuliah khusus pada kesempatan kali ini mengambil topik “Polifarmasi pada Geriatri”, yang dibawakan oleh dr. Ni Ketut Rai Purnami, SpPD, K-Ger dengan dipandu oleh moderator dr. Putu Imayati, SpPD.  

Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan lima atau lebih obat. Polifarmasi merupakan suatu kondisi yang umum terjadi pada lansia. Polifarmasi pada lansia dikaitkan dengan kesehatan yang lebih buruk, seperti penurunan status kesehatan fungsional dan kognitif, peningkatan risiko jatuh, efek samping obat, rawat inap, dan kematian. Risiko merugikan dari polifarmasi ini juga dikatakan meningkat seiring meningkatnya jumlah obat yang dikonsumsi.

Polifarmasi sering terjadi pada lansia, karena penyakit yang diderita umumnya banyak dan biasanya kronis. Di samping itu, obat yang diberikan juga diresepkan oleh beberapa dokter yang berbeda, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan seringkali untuk menghilangkan efek samping suatu obat justru diberikan tambahan obat baru.

Terdapat beberapa cara untuk menghindari polifarmasi pada lansia, antara lain dengan memberikan dorongan supaya patuh berobat, tidak memberikan obat sebelum waktunya, tidak menggunakan obat terlalu lama, mengenali obat yang digunakan, berhati-hati dalam menggunakan obat baru, memulai suatu obat dengan dosis rendah, serta menggunakan obat sesuai patokan.

Faktor risiko terjadinya polifarmasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang berhubungan dengan pasien dan faktor yang berhubungan dengan dokter. Faktor yang berasal dari pasien antara lain adanya beberapa penyakit penyerta, yang merupakan faktor risiko polifarmasi. Perilaku dan pemahaman pasien juga dapat berkontribusi pada polifarmasi. Pengetahuan pasien yang buruk tentang obat dapat menyebabkan duplikasi atau obat yang tidak perlu justru diresepkan oleh dokter yang tidak memiliki akses ke daftar obat mereka saat ini atau sebelumnya. Pasien yang menemui beberapa dokter berbeda di beberapa tempat berbeda juga meningkatkan risiko duplikasi obat atau interaksi obat.

Tenaga kesehatan termasuk dokter juga dapat berkontribusi dalam terjadinya polifarmasi. Persepsi yang terkadang salah arah bawah pasien ingin meninggalkan konsultasi dengan resep, dapat menyebabkan resep yang tidak tepat atau tidak perlu. Konseling pengobatan yang buruk atau tidak akurat oleh doketr dapat menyebabkan pasien meminum obat secara tidak benar atau untuk jangka waktu yang tidak tepat.

Sesi kuliah khusus yang berlangsung selama kurang lebih satu jam ini diakhiri dengan diskusi yang sangat interaktif. Tentu semua berharap kuliah khusus ini dapat memberikan wawasan baru pada peserta didik Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Dalam mengenai polifarmasi pada geriatri.


Head Office of internal Medicine Program Study
Angsoka Building 4th floor, Sanglah Hospital, Denpasar, Bali
Telp. (0361) 246274 Fax. (0361) 235982
email: internaudayana@gmail.com