Login Here
News Update
Visitor
Hari Ini | 4650 | |
Kemarin | 20822 | |
Minggu Ini | 4650 | |
Minggu Lalu | 149160 | |
Bulan Ini | 505355 | |
Keseluruhan | 4532193 | |
Online User | 86 |
PROGRAM STUDY OF INTERNAL MEDICINE
Udayana University School of Medicine / Sanglah General Hospital
Hari Ini | 4650 | |
Kemarin | 20822 | |
Minggu Ini | 4650 | |
Minggu Lalu | 149160 | |
Bulan Ini | 505355 | |
Keseluruhan | 4532193 | |
Online User | 86 |
Pada hari Rabu, 25 Agustus 2021, pukul 11.00 WITA, dr. I Gusti Ngurah Bagus Artana, SpPD, memberikan kuliah khusus yang diadakan secara daring. Acara ini dihadiri oleh segenap residen penyakit dalam FK UNUD/RSUP Sanglah. Kuliah pada siang hari ini bertajuk “Obstructive Lung Disease and Spirometry” yang dipandu oleh moderator dr. Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi, Sp.PD.
Pada kuliah ini dibahas mengenai penggunaan spirometri pada umumnya dan tentang penyakit paru obstruktif khususnya. Sebelum enjelaskan tentang hal tersebut, beliau terlebih dahulu memberikan penjelasan kembali tentang peranan respirasi pada tubuh manusia. Konsep dasar dari pertukaran udara dalam paru-paru meliputi proses ventilasi, perfusi dan difusi. Ventilasi merupakan proses pertukaran masuk dan keluarnya udara, dipengaruhi oleh laju respirasi dan volume tidal. Proses ventilasi terdiri dari 2 proses yairu inspirasi (memasukkan oksigen, bersifat aktif) dan ekspirasi (mengeluarkan oksigen, bersifat pasif). Kelainan pada proses ventilasi yaitu obstruksi (asma bronkiale, penyakit paru obstruktif kronis), restriksi (efusi pleura, atelektasis, pneumothoraks, penyakit paru intertisial) atau tipe campuran. Untuk menentukan 2 kelainan tersebut diperlukan bantuan pemeriksaan dengan spirometri.
Spirometri merupakan salah satu cara utuk menilai fungsi ventilasi atau fungsi faal dari paru (volume statis dan dinamis). Indikasi pemeriksaan spirometri dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu diagnosis, monitoring, disabilitas dan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Kontraindikasi pemeriksaan spirometri adalah adanya peningkatan tekanan intraokuler, intrathorakal, intraabdominal, dan intrakranial. Hasil pemeriksaan ini bergantung pada beberapa faktor, diantaranya operator yang baik dan berpengalaman, kemampuan pasien dalam mengikuti operator dan alat yang baik yang telah dikalibrasi sebelumnya. Pemeriksaan spirometry ini dilakukan sampai didapatkan minimal 3 hasil yang dapat diterima (acceptable) dan 2 (dua) diantaranya reproducible. Ada 2 jenis tracing yang dihasilkan spirometer yaitu mengukur jumlah udara ekspirasi atau inhalasi dalam waktu tertentu (volume) dan mengukur kecepatan aliran udara (flow) yang masuk atau ke luar dalam waktu tertentu.
Interpretasi spirometri dimulai dengan menghitung rasio FEV1/FVC. Pada kondisi obstruksi jalan nafas maka FEV1 rendah dengan FVC masih relatif baik (kecuali apda obstruksi berat) dimana FEV1/FVC < 70%. Klasifikasi beratnya obstruksi dengan melihat nilai FEV1. Bila FEV1/FVC >70% bisa merupakan suatu restriksi atau kondisi normal. Pada nilai FEV1/FVC >70% maka kita nilai FEV1, bila FEV1 normal maka kondisi normal, bila FEV1 menurun lalu FVC menurun maka merupakan suatu kondisi restriksi.
Penyakit paru obstruksi terdiri dari asma bronkiale dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Asma bronkiale merupakan penyakit paru obstruksi yang reversible dan bervariasi (gejala respiratori yang bervariasi dan expiratory limitation yang bervariasi). Penegakan diagnosis asma bronkiale biasanya tidak perlu menggunakan spirometri, karena gejala dan pemeriksaan fisik sudah jelas. Pada asma dilakukan tes bronkodilator, bila FEV1 >200 maka didiagnosis sebagai asma bronkiale. Untuk manajemen asma bronkiale harus secara berkesinambungan dan dinilai secara berkala untuk adjustment dose dari terapi yang kita berikan. PPOK (Penyakit Paru Obstuktif Kronis) merupakan suatu penyakit paru obstruktif yang progresif dan resisten karena terjadi inflamasi sistemik. Faktor resiko yang paling sering ditemui adalah riwayat merokok. Merokok merupakan penyebab PPOK yang paling umum dimana diperkirakan sekitar 80% dari semua kasus PPOK yang ditemukan disebabkan karena adanya riwayat merokok. Pemeriksaan spirometry pada pasien PPOK dapat menentukan derajat keparahan penyakit. Nilai dasar dari diagnosis PPOK dengan spirometri adalah perbandingan FEV1 dengan FVC dibawah 0,70 (FEV1/FVC <0.70) dan beratnya PPOK dari nilai FEV1 <80 (derajat ringan) , 50-80% (derajat sedang) atau 30-50% (derajat berat), <30% (derajat sangat berat) dari nilai prediksi.
Kuliah khusus kali ini berlangsung selama sekitar 1 jam dan diakhiri dengan pertanyaan dan diskusi dengan para peserta didik. Pemateri mengharapkan materi tentang spirometri ini bisa meningkatkan pemahaman para residen rentang interpretasi dan ma nfaat pemeriksaan spirometry pada pasien dengan kecurigaan penyakit paru obstruktif. Diharapkan ke depannya kuliah khusus dapat terus dipertahankan dengan materi-materi yang sering ditemui dan aplikatif sehingga dapat menjadi wadah yang baik untuk transfer ilmu pengetahuan dan refreshing ilmu kepada para peserta didik serta juga staff pengajar di lingkungan Program Studi Penyakit Dalam dan Departemen/KSM Penyakit Dalam.
Head Office of internal Medicine Program Study
Angsoka Building 4th floor, Sanglah Hospital, Denpasar, Bali
Telp. (0361) 246274 Fax. (0361) 235982
email: internaudayana@gmail.com