Secara geografis Indonesia kaya gunung, hutan dan sungai yang merupakan wilayah subur tumbuh kembangnya ular. Total ada 348 jenis ular yang tersebar di seluruh penjuru negeri ini. Pada tahun 2016 di Indonesia tercatat 135 ribu orang terkena gigitan ular, sebanyak 728 orang diantaranya digigit ular berbisa dan 35 orang korban meninggal. Penanganan kasus gigitan ular di Indonesia ternyata masih menjadi permasalahan yang patut disoroti. Tak sedikit pihak yang melakukan kesalahan prosedur penanganan segingga mengakibatkan efek buruk bagi korban gigitan ular.

Dalam upaya mensosialisasikan penanganan pasien akibat gigitan ular yang tepat, pada tanggal 19 November 2018, RSUP Sanglah Denpasar mengadakan acara pertemuan di Aula Werkudara lantai 3 mengenai pemaparan tentang “Tatalaksana Gigitan Ular”. Acara ini mengundang salah satu pembicara dari WHO Asia Tenggara, Dr.dr Tri Maharani, Sp.EM. beliau merupakan seorang dokter dengan spesialis emergency medicine, dengan subspesialisasinya adalah toksinologi. Beliau memiliki kepakaran khusus di bidang langka yaitu penanganan bisa ular dan gigitan hewan berbahaya. Materi yang dipaparkan mengenai sindrom gigitan ular, manifestasi klinis, dan tentunya tatalaksana gigitan ular. Acara ini berlangsung pukul 11.00-13.00 dan dibuka oleh direktur medik RSUP Sanglah, Dr.dr. I Ketut Sudartana Sp.B-KBD yang dihadiri oleh perwakilan residen dari 18 prodi PPDS dan perawat di RSUP Sanglah. Pada acara ini, residen penyakit dalam diwakili oleh dr. Hery Sikesa, dr. Nopriantha dan dr. Trisna Yuliharti. Antusias peserta sangat besar. Diharapkan setelah mengikuti acara ini, kita lebih waspada dan mengetahui lebih dalam tentang tatalaksana gigitan ular.